Menikah: Kepentingan Agama Atau Hati?


Menikah tak melulu soal hati yang didahulukan. Persoalan agama jauh lebih penting daripada hati. Lantas, bagaimana menyesuaikan diri jika memilih pasangan tidak dengan hati?

Menurut Subandi Baiturrahman, Divisi Konseling Penggerak Pembina Generus Jakarta Selatan, menikah bukan hanya penyatuan komitmen antara laki-laki dan perempuan. Namun juga komitmen dengan Yang Maha Esa. Sebab saat dua insan menjalin hubungan yang berlandaskan saling mensurgakan, maka Allah melibatkan diri di dalamnya

Diperkuat dalam Alquran surat Mujaadalah ayat 7 yang menerangkan bahwa setiap ada tiga orang yang berbisik-bisik, maka Allah menjadi yang keempat, dan bila ada lima orang yang berbincang maka Allah menjadi yang keenam. Artinya Allah tahu apa yang mereka bicarakan karena Allah lebih banyak bersama mereka. Nantinya Allah akan menceritakan apa yang mereka kerjakan (di hari kiamat).

Hal itu disampaikan Subandi dalam acara pengajian Baiti Jannati atau yang disebut juga Pengajian Muda-Mudi Bahagia, yang digelar pada pada Minggu (1/2/2015). Acara pengajian pranikah ini juga bertujuan memberikan pemahaman kepada generasi muda LDII kategori usia nikah, khususnya mengenai hubungan antara laki-laki dan perempuan secara islami. Apalagi di tengah pergaulan yang cenderung menganut kebebasan tanpa memandang batas halal-haram, mahram dan tidak mahram.

Subandi menegaskan perlunya mencari pasangan yang 'seiman'. Dalam arti, mempunyai pemahaman yang sama serta sejalan terutama agama. "Kalian akan sulit menyatukan pemahaman jika berbeda. Contoh, waktunya salat, jika yang satu paham, yang satu tidak, maka tidak bisa dikatakan saling mensurgakan. Padahal, seharusnya mencari pasangan itu yang bisa mengajak pada kebaikan, menghindari hal-hal yang haram," ujar Subandi.

Seperti tercantum dalam surat Taubah ayat 71 yang menjelaskan, "Orang iman laki-laki dan perempuan satu sama lain adalah kekasih. Yang mana saling perintah pada kebaikan, menetapi salat, mendatangkan zakat, mau taat pada Allah dan Rasul. Mereka itu orang-orang yang disayangi oleh Allah dan Rasulnya. Allah itu Maha Perkasa lagi Menghukumi"

Karena itu, para generasi muda diajak untuk mengoreksi diri, apakah menikah itu didasari kepentingan agama yang harus diniati karena Allah atau kepentingan hati? Hal ini kembali pada diri masing-masing. Jika Allah dijadikan 'teman komunikasi', maka niat menikah tersebut akan lebih mudah terwujud. "Niat menikah, maka harus mencari ridhonya Allah," ujar pengasuh akun facebook "Keluarga Bahagia" itu.


"Karena itu, para muda-mudi ini harus bisa membuat orang tertarik dengan akhlaqul karimah, akhlak yang baik. Bukan dengan kebohongan. Sebab, termasuk menodai agama Allah jika mengambil pasangan yang tidak seiman apalagi berbeda agama. Hal ini juga perlu didukung dengan transparansi antara orang yang lebih tua dengan muda-mudi tersebut atau orang yang dianggap dekat," tandasnya. (Noni/LINES)

Sumber : http://www.ldii.or.id/id/nasehat/1631-menikah-kepentingan-agama-atau-hati.html
Pkl 14.40 16/02/2015

Siapakah yang Memiliki Keimanan Paling Menakjubkan?



Nabi pernah menjelaskan, dalam hadits Riwayat Bukhari :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «أَيُّ الْخَلْقِ أَعْجَبُ إِلَيْكُمْ إِيمَانًا؟ ، قَالُوا: الْمَلَائِكَةُ، قَالَ: «وَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ، وَهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ؟ ، قَالُوا: فَالنَّبِيُّونَ، قَالَ: «وَمَا لَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ، وَالْوَحْيُ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ؟ ، قَالُوا: فَنَحْنُ، قَالَ: «وَمَا لَكُمْ لَا تُؤْمِنُونَ، وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟ ، قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَلَا إِنَّ أَعْجَبَ الْخَلْقِ إِلَيَّ إِيمَانًا لَقَوْمٌ يَكُونُونَ مِنْ بَعْدِكُمْ، يَجِدُونَ صُحُفًا فِيهَا كُتُبٌ يُؤْمِنُونَ بِمَا فِيهَا

"Wahai manusia, siapakah makhluk Allah yang imannya paling menakjubkan (man a'jabul khalqi imanan)?" Demikian pertanyaan Nabi Muhammad kepada sahabatnya di suatu pagi. Para sahabat langsung menjawab, "Malaikat!".
Nabi menukas, "Bagaimana para malaikat tidak beriman sedangkan mereka pelaksana perintah Allah?" Sahabat menjawab lagi, "kalau begitu, para Nabi-lah yang imannya paling menakjubkan!" "Bagaimana para Nabi tidak beriman, padahal wahyu turun kepada mereka," sahut Nabi.

Untuk ketiga kalinya, sahabat mencoba memberikan jawaban, "kalau begitu, sahabat-sahabatmu ya Rasul." Nabi pun menolak jawaban itu dengan berkata, "Bagaimana sahabat-sahabatku tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan apa yang mereka saksikan."

Rasul yang mulia meneruskan kalimatnya, "Orang yang imannya paling menakjubkan adalah kaum yang datang sesudah kalian. Mereka beriman kepadaku, walaupun mereka tidak melihatku. Mereka benarkan aku tanpa pernah melihatku. Mereka temukan tulisan dan beriman kepadaku. Mereka amalkan apa yang ada dalam tulisan itu. Mereka bela aku seperti kalian membela aku. Alangkah inginnya aku berjumpa dengan ikhwanku itu!"

Berangkat dari riwayat di atas, saya belajar memaknai iman sebagai sebuah tantangan. Semakin tinggi tingkat tantangan, semakin tinggi pula tingkat iman kita. Semakin sulit kita menjalankan sebuah keyakinan (iman), semakin tinggi pula nilai iman kita di sisi Allah.

Ilustrasi berikut mungkin bisa menyederhanakan persoalan: Seorang waliyullah tidak diragukan lagi telah melihat berbagai "keajaiban" dan "rahasia" Allah. Dia sudah menyaksikan dan merasakan getaran cinta ilahi. Kalau Allah mengangkat derajatnya, tentu saja kita tak akan heran. Yang membuat kita takjub adalah, seorang manajer yang sangat sibuk dan telah menyaksikan bahwa "time is money", namun tetap berusaha menunaikan shalat lima waktu di sela-sela kesibukannya. Begitu juga dengan seorang kuli bangunan yang lebih banyak menggunakan potensi otot dibanding potensi otaknya, namun tetap berpuasa di bulan Ramadhan meskipun dia harus kerja di tengah terik mentari. Bagi saya, manajer dan kuli bangunan tersebut memiliki iman yang paling menakjubkan.

Kita bukanlah sahabat Nabi yang menyaksikan secara langsung betapa mulianya akhlak junjungan kita itu; kita juga bukan malaikat yang tidak memiliki hawa nafsu; kita juga bukan waliyullah yang telah merasakan manisnya kasih sayang Allah. Kita adalah manusia biasa yang penuh dengan kelemahan. Dalam kelemahan itulah kita masih beriman kepada Allah. Dalam ketidakhebatan kita itulah kita selalu berusaha mendekati Allah.

Di tengah kesibukan dan beban ekonomi yang semakin meningkat, kita tetap keluarkan zakat dan sedekah. Tak sedikitpun kita akan gadaikan iman kita. Di tengah dunia yang semakin kompetitif, kita masih sempatkan untuk shalat. Di tengah godaan duniawi yang luar biasa, kita tahan nafsu kita di bulan Ramadhan. Di tengah kumpulan manusia yang putus asa dengan krisis moneter ini, kita masih bisa mensyukuri sejumput ni'mat yang diberikan Allah.

Nabi Muhammad menghibur kita, "Berbahagialah orang yang melihatku dan beriman kepadaku," Nabi ucapkan kalimat ini satu kali. "Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku." Nabi ucapkan kalimat terakhir ini tujuh kali.

Sumber : http://media.isnet.org/ , http://www.jabar.ldii.or.id/

Bolehkah Berdoa di Media Sosial?



Kekuatan terpenting dari media sosial adalah mendekatkan penggunanya satu sama lain. Mereka bisa saling memberi kabar, memberitahu lokasi, bahkan berkeluh kesah, alias curahan hati atawa curhat.

Belakangan tak hanya curhat itu tadi, atau mengabarkan kepada kawan sedang melakukan kegiatan tertentu. Media sosial menjadi ajang untuk memampang doa. Jadi jangan heran, bila pengguna Facebook, Twitter, Path, dan lain-lain kerap mendapati tulisa: “Ya Allah, semoga aku bisa lulus ujian dengan mudah.” Lalu berhamburanlah para kolega menulis: “Amiiin!” dan tentu saja, orang lain atau orang asing bisa dengan usil menyapa, “Sedang ujian ya Kak.”

Islam tak melarang seseorang menambah kawan, namun prinsip kehati-hatian harus tetap dikedepankan. Agar tak terjerumus salah memilih kawan. Dan tentu saja doa yang di-posting juga tak salah, namun belum tentu menjadi sebuah nilai ibadah.

Menurut ulama LDII K.H. Aceng Karimullah, Doa adalah otaknya ibadah, intisarinya ibadah, dan mempunyai kedudukan yang penting dalam sebuah ibadah, “Doa pada dasarnya baik. Ketika doa dituliskan dalam sebuah forum dengan tulus dan berharap orang lain ikut mendoakan dan meng-amini-nya,” ujar K.H. Aceng Karimullah.

Dalamnya samudera bisa diukur, dalamnya hati hanya Allah SWT yang mengetahui. Bila hati itu berniat karena Allah SWT semata, bukan memampang doa sebagai ajang untuk mencari eksistensi diri. Hal tersebut menjadi tak bernilai ibadah. Sebaliknya, bila dilakukan hanya untuk menghilangkan rasa sepi, atau menimbulkan riya (agar dilihat orang lain) atau sum’ah (agar didengar), justru tak mendatangkan pahala sama sekali, bahkan dosa.

“Sesungguhnya doa seharusnya hanya kepada Allah SWT  dan langsung dipanjatkan kepada-Nya,” ujar K.H. Aceng Karimullah . Dilakukan di waktu yang mustajab seperti  sepertiga malam yang akhir , setelah salat lima waktu, dalam perjalanan, dan lain-lain. Doa juga akan lebih baik jika dilakukan dengan cara yang baik seperti dengan mengangkat tangan setinggi-tingginya,  atau berdoa sambil bersujud kepada Allah SWT karena posisi yang paling dekat dengan Allah SWT, adalah saat hamba bersujud.

Menurut K.H. Aceng Karimullah berdoa sebaiknya tidak terburu-buru, sebelum bedoa mulailah dengan mengagungkan nama Allah SWT dilanjutkan dengan sholawat nabi dan setelah itu barulah kita mengungkapkan doa-doa yang diinginkan. “ Doa akan lebih utama lagi jika diucapkan dengan keyakinan hati sehingga tidak menjadi doa yang kosong,” tambah K.H. Aceng Karimullah.

Sumber : http://www.ldii.or.id/

Berjejaring sosial yang Islami


Adakah remaja yang tidak punya jejaring sosial saat ini? Saya kira hampir seribu satu yang tidak punya jejaring sosial. Jejaring sosial / Social Media medio 2007 kesana memang makin menjamur. Dari yang sekedar sharing foto, berbagi 140 karakter, berbagi video, moment, tempat, tulisan, sampai berbagi kegalauan pun ada tempatnya :p Dari yang sekedar punya, sampai yang semua akun punya juga ada, Dari yang sekedar untuk silaturrahim sampai untuk media stalkingpun banyak. Dari yang sekedar narsis sampai jadi lahan bisnis juga tak sedikit.

Nah sebagai negara yang mayoritas Muslim dan juga kita sebagai Generasi Penerus, kita mesti bisa mensikapi dengan baik penggunaan Jejaring Sosial. Jangan sampai terjebak dalam hitam putihnya dunia maya. Berikut beberapa tips ‘aman’ berjejaring sosial yang islami’ dan insyallah barokah.

1. Tundukkan Pandangan
Siapapun kita baik laki-laki / perempuan berkewajiban untuk menundukkan pandangan, termasuk didunia maya. Atas apa yang tidak berhak dilihat tentu harus harus dihindari. Begitu melihat foto perempuan sendirian dan auratnya terlihat misalnya langsung scrool down. Dan lebih utama adalah menjaga foto diri agar tidak dengan bebas berkeliaran di dunia maya. Karena kita tak pernah tahu akan diapakan foto-foto kita oleh mereka yang melihat dari seluruh dunia. Bayangkan jika foto yang kita pasang memperlihatkan aurat kita maka kita pun ikut andil dalam dosa, dan itu terus berlipat selama 24 jam non stop! Dan relakah foto-foto kita dinikmati oleh orang yang bahkan tak dikenal secara bebas?.

2. Tabayyun / Konfirmasi Kebenaran Informasi
Manjamurnya Socmed juga berbarengan dengan kebebasan berpendapat, apapun bisa disampaikan tanpa kita tahu validitas informasinya. Terutama yang berkait dengan hukum Agama maka sangat-sangat dianjurkan untuk tidak dibicarakan didunia maya. Karena peluang biasnya ilmu itu jadi sangat besar. Sedang cara belajar ilmu yang sebaik-baiknya adalah dengan metode As-sama’ min lafzh as-Syaikh (Mendengar langsung dari guru). Apalagi sampai berdebat dalam urusan agama, sangat dibenci oleh Nabi Muhammad SAW,

“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat,….” HR Ibnu Majjah

Lagi pula kebenaran suatu ilmu agama tidak didapat melalui berdebat. Pemenang debat belumlah tentu dia benar. Dan ketika mendapati informasi yang diragukan segera tabayyun / konfirmasi kepada yang lebih tahu. Jika menyangkut hukum agama lebih dianjurkan untuk dikonfirmasikan ke ulama’ / muballigh lebih dulu tentang keabsahannya, tentang praktek yang sebenarnya sebelum mengambil praktek atau meneruskan infomasi tersebut kepada orang lain.

3. Hati-hati dalam berkoneksi
Bermacam karakter dan tujuan orang bergabung di jejaring sosial. Banyak yang baik dan tak sedikit yang tujuannya tidak baik. Maka sebelum follow, subscribe, add friend, join group kita harus cek teliti apa siapa dia. Banyak orang terhasut, tertipu, menjadi korban kejahatan hanya karena ‘salah gaul’ di dunia maya. Nggak banget kan, Orang bisa saja mempermak abis penampilannya di jejaring sosial untuk menarik perhatian. Seakan-akan baik tapi ujung-ujung menipu, menggiring opini, menghasut dan memprovokasi.

Jejaring sosial membuat orang lupa bahwa dia sedang jatuh cinta pada foto dan tulisan dan bukan pada seseorang secara utuh.

4. Perhatikan apa yang kita tulis
Sebelum posting, update status, berkicau, sharing foto atau apapun dalam jejaring sosial perhatikan apa yang akan disampaikan, apakah pantas dan benar, apakah dampak baik buruknya. Juga dibarengi dengan wawasan kita dengan dunia internet akan lebih bagus. Hal ini perlu selain menjaga diri juga untuk menjaga orang lain. Seperti contoh status seringnya galau atau sedang sendiri bisa memancing kesempatan orang untuk berbuat kriminal misal. Ingatlah bahwa Allah selalu ada dan mengawasi kita. Setiap klikpun akan tercatat rapi oleh malaikat di kanan dan kiri kita.

5. Hapus yang memberi pengaruh negatif
Jika memang tak ada manfaatnya atau bahkan pengaruh negatif lebih baik delete, remove / leave group. Banyak group, akun palsu yang sengaja dibuat untuk mengadu domba, menghasut dan membiaskan informasi atau bahkan menipu. Ada yang terang-terangan ada pula yang secara pelan dan samar. Jangan berdalih untuk menambah informasi, wawasan dengan mempertahankannya sampai akhirnya kita jatuh dan terlambat menyadari.

6. Jadilah trendsetter dalam kebaikan
Penggunaan jejaring sosial tak melulu untuk mengekspos diri. Untuk silaturrahmi bisa dimaksimalkan. Terlebih jika bisa untuk amar ma’ruf nahi munkar. Kita tak pernah tahu lewat perantara apa seseorang bisa mendapat pencerahan.
Jangan takut dianggap sok paham, sok tahu dan sok alim ketika kita sering mengirimkan artikel-artikel nasihat, pencerahan islami yang sarat makna sebab memang itu yang diperintahkan oleh Allah dalam surat Al Ashr,

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al ‘Ashr ayat 3).

Toh banyak orang yang saling berkirim artikel-artikel yang hanya sekedar status, humor atau sekedar candaan belaka, mereka biasa-biasa saja, kenapa kita harus merasa “aneh” dan tak enak hati untuk mengirim artikel-artikel islami?
Ingatlah ! Berlian akan tetap menjadi Berlian terlepas dari siapapun pengirimnya. Dan sampah pun tidak akan pernah menjadi emas walaupun berasal dari istana sekalipun.
Perlu diingat : JANGAN SALAH NIAT, niati karena amar mahruf nahi mungkar.

7. Manajemen Waktu
Salah satu keputusan tersulit bagi pecandu internet adalah kapan memutuskan untuk disconnect dan shutdown gadget.. :D Sebelem akut maka time management sangat perlu. Terlebih ketika waktu-waktu ibadah, ngaji, kerja, sekolah atau kuliah. Batasi diri dan kendalikan diri karena tak akan ada habisnya jika dituruti. Get a real life. (Khoirudin)

Sumber : http://www.ldii.or.id/news/i/1305-hitam-putih-dunia-maya-2-berjejaring-sosial-yang-islami.html

Benarkah Perceraian Marshanda Dan Ben Kasyafani Karena LDII

Beberapa minggu ini sangat gencar sekali beberapa media mulai media cetak, elektronik, online dll membahas artis marshanda yang menggugat cerai suaminya ben kasyafani. Dan banyak sekali spekulasi yang dibuat-buat oleh media sehingga memberikan beberapa asumsi di masyarakat simpang siur. Yang pertama perceraian itu dikarenakan hasil istiqoroh marshanda, kedua disebabkan karena berkonsultasi dengan Ust Yusuf Mansyur dan ketiga karena Ben Kasyafani ikut aktif dalam organisasi islam LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonensia) dan mungkin masih ada berita lainnya.

Media memang sangat mudah sekali memberikan efek positif dan efek negatif terhadap semua kalangan masyarakat sehingga informasi yang tidak berimbang bisa membuat salah satu pihak merasa di rugikan termasuk kami dari LDII sebagai ormas islam di indonesia dengan berita miring yang beredar akhir-akhir ini dan di media online website juga tergolong dalam top ten pencarian LDII muncul berita yang kami anggap memojokkan LDII.

Padahal setelah kami ikuti perkembangan di beberapa media ternyata perceraian marshanda dan ben kasyafani murni karena ada permasalahan dalam rumah tangga mereka seperti kebanyakan para artis di Indonesia, yang jelas bukan karena mengikuti pengajian di LDII. Pada dasarnya semua ormas terutama islam pasti mengajak umatnya untuk menegakkan syariat Islam berdasar Alquran & Alhadist secara murni. Dan perceraian walaupun halal tapi itu sangat membuat murka Allah SWT bahkan singgah sana (ares – tempat duduk) Allah bergoncang karena ada anak adam yang sudah berjanji mengikat tali pernikahan dengan Ijab Qobul malah merusaknya sendiri.

Kalau kita belajar hukum islam sangat jelas tercantum baik di Quran Hadist bahwa seorang wanita hukumnya haram untuk menggugat cerai suami.

Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أيُّما امرأةٍ سألت زوجَها طلاقاً فِي غَير مَا بَأْسٍ؛ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الجَنَّةِ

“Wanita mana saja yang meminta kepada suaminya untuk dicerai tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau surga” (HR Abu Dawud no 2226, At-Turmudzi 1187 dan dihahihkan al-Albani).

Dalam hadis lain, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُنْتَزِعَاتُ وَالْمُخْتَلِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ

“Para wanita yang berusaha melepaskan dirinya dari suaminya, yang suka khulu’ (gugat cerai) dari suaminya, mereka itulah para wanita munafiq.” (HR. Nasa’i 3461 dan dishahihkan al-Albani)

Bolehnya istri meminta cerai suami jika ada salah satu dibawah ini yang dilakukan :

1. Jika sang suami sangat nampak membenci sang istri, akan tetapi sang suami sengaja tidak ingin menceraikan sang istri agar sang istri menjadi seperti wanita yang tergantung.

2. Akhlak suami yang buruk terhadap sang istri, seperti suka menghinanya atau suka memukulnya.

3. Agama sang suami yang buruk, seperti sang suami yang terlalu sering melakukan dosa-dosa, seperti minum khomr, berjudi, berzina, atau sering meninggalkan sholat, suka mendengar musik, dll

4. Jika sang suami tidak menunaikan hak utama sang istri, seperti tidak memberikan nafkah kepadanya, atau tidak membelikan pakaian untuknya, dan kebutuhan-kebutuhan primer yang lainnya, padahal sang suami mampu.

5. Jika sang suami ternyata tidak bisa menggauli istrinya dengan baik, misalnya jika sang suami cacat, atau tidak bisa melakukan hubungan biologis, atau tidak adil dalam mabit (jatah menginap), atau tidak mau atau jarang memenuhi kebutuhan biologisnya karena condong kepada istri yang lain.

6. Jika sang wanita sama sekali tidak membenci sang suami, hanya saja sang wanita khawatir tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai istri sehingga tidak bisa menunaikan hak-hak suaminya dengan baik. Maka boleh baginya meminta agar suaminya meridoinya untuk khulu’, karena ia khawatir terjerumus dalam dosa karena tidak bisa menunaikan hak-hak suami.

7. Jika sang istri membenci suaminya bukan karena akhlak yang buruk, dan juga bukan karena agama suami yang buruk. Akan tetapi sang istri tidak bisa mencintai sang suami karena kekurangan pada jasadnya, seperti cacat, atau buruknya suami.

(Silahkan lihat Roudhotut Toolibiin 7:374, dan juga fatwa Syaikh Ibn Jibrin rahimahullah di http://islamqa.info/ar/ref/1859)

Namun banyak kita ketahui para artis wanita menggugat cerai suaminya ataupun sebaliknya. Maka kembali lagi kepada permasalahan rumah tangga mereka sendiri, kita sebagai masyarakat umum tidak perlu mendiskritkan seseorang atau golongan tertentu karena yang lebih tahu masalah apa yang menyebabkan marshanda meminta cerai suaminya adalah mereka berdua. Jika di nilai secara hukum islam maka harus mematuhi aturan di atas jika memang istri terpaksa menggugat cerai suaminya.

Oleh sebab itu kita jangan sampai terhasut oleh media yang memberikan informasi tidak berimbang atau bahkan mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk membuat berita semakin memanas dengan mendiskritkan segolongan orang ataupun organisasi. LDII dalam pengajian mengajarkan ilmu Quran Hadist merujuk pada sumber agama islam yaitu Mekkah dan Madinah. Para ulama LDII banyak yang menimba ilmu dari Ma’had (pondok agama islam) di Mekkah. Kemudian di bawa ke Indonesia dengan mengajarkannya secara mangkul (guru mengajar murid), musnad (ada sandaran perowi hadist / ulama’), mutashil (perowi tersebut terus bersambung sampai Nabi Muhammad SAW – hadist sokhih).

Dan secara jelas bahwa marshanda mengatakan di beberapa media juga bahwa perceraiannya bukan karena ben aktif di pengajian LDII. Informasi klarifikasi ini bisa juga di baca di http://hot.detik.com/read/2014/05/07/193906/2576480/230/marshanda-juga-tegaskan-cerai-dengan-ben-kasyafani-bukan-karena-ldii?hd772204btr

Sumber : http://ldiisurabaya.org/benarkah-perceraian-marshanda-dan-ben-kasyafani-karena-ldii/

Sudah sampai tahap ke berapa kamu dalam menutup aurot?


#Semua yang menutup aurat apakah pasti masuk surga?
Yang pasti, tidak menutup aurat itu berdosa dan jiwa yang berdosa akan masuk neraka ?

#Pakai pakaian ketat itu hak kami. Kalau tidak suka jangan lihat!
Kalau lewat depan mata, suka tidak suka pasti melihat. Apakah kita berani menjamin semua lelaki       mempunyai hati suci dan iman yang tinggi untuk menahan godaan syaitan?

#Kami rasa apa yang kami pakai ini tidak seksi. Kembali ke individu yang memandang kami.
Seksi atau tidak, tetap berdosa walaupun hanya memperlihatkan sehelai rambut.

#Meskipun kami tidak berkerudung, kami tetap sholat dan puasa.
Yakinkah ibadah kita sudah cukup untuk menjamin kita ke syurga?

#Suka-suka dong! Toh kami tidak menyusahkan hidup orang lain.
Kamu sebenarnya sudah menyusahkan ayah, kakak, adik, suami dan orang lain dengan menarik mereka ke neraka karena tidak menegur dan gagal mendidikmu.

#Apa yang kami pakai ini urusan kami dengan Tuhan.
Berani bicara begitu di dunia, apakah berani juga bicara seperti itu di hadapan Allah nanti? Lawan perintah Allah, neraka tempatnya.

#Kami memakai pakaian seksi karena tuntutan profesi. (gaya artis)
Sanggup mematuhi tuntutan profesi daripada mematuhi tuntutan agama?

#Kami bukan tidak mau menutup aurat, tapi masih belum waktunya.
Mati tidak mengenal usia. Takut kita tidak sempat bertaubat nanti.

#Tidak bisa berubah secara drastic, pelan-pelan saja.
Bisakah bicara begitu pada malaikat Izrail nanti? Tunggu sebentar! Istirahat dulu, jangan ambil nyawaku!

#Tutup aurat itu bagus tapi kami tidak mau terpaksa karena tidak ikhlas melakukannya.
Ikhlas ataupun tidak ikhlas beda cerita. Yang penting menutup aurat itu hukumnya wajib!

Sekedar nasihat untuk diri sendiri tanpa berniat menyakiti siapapun.
Nasihat menunjukkan tanda sayang seseorang terhadap kita.
Jangan jadikan suatu alasan sebagai suatu halangan! :

Sumber : http://artikel-hanifanews.blogspot.com